Jangan Tuntut Istri Selalu Tampil Cantik, Sudikah Kamu Gantikan Posisinya Di Dapur Sehari Saja?
Sekitar tahun 2018 lalu, sebuah dongeng ditulis oleh pengguna Facebook Nita. Tulisannya telah mendapat lebih dari 100 ribu like, 200 ribu share dan puluhan ribu komentar. Kisah tersebut mengajak biar suami berperilaku baik dengan istrinya.

Berikut kisahnya:
Suatu pagi Adam ke rumah ibunya dan mengambil makanan.
Ibu: adam, kenapa kau makan disini? Istrimu nggak masak?
Adam: Masak.
Ibu: Lalu?
Adam: Biarlah, saya mau makan di sini, malas saya makan di rumah.
Ibu: Kenapa? Kamu ada problem dengan istrimu?
Adam: Iya Bu, beliau seharian dirumh nggak ngapa-ngapain, saya yang capek pulang dari kantor tapi beliau ngeluh capek.
Ibu: Memang beliau selalu ngeluh?
Adam: Nggak sih Bu, akhir-akhir ini saja, tapi kan beliau nggak saya suruh kerja di luar, cuma di rumah aja, jagain anak.
Kemudian Ibu menelpon istrinya dan kembali ke meja makan menemui Adam yang sedang makan.
Adam: Ibu sudah memarahinya?
Ibu: Iyaa…
Keesokan harinya Adam pulang sore hari.
Dia melihat anaknya masih menggunakan baju tidur sambil main di lumpur depan rumah, yang satu tiduran di lumpur dan yang 1 lagi hampir saja tercebur ke got samping rumah.
Dia kemudian membawa anaknya masuk, sesampainya dirumah beliau melihat berbagai kotoran ayam berserakan di dalam rumah.
Belum lagi rumah dan isi lemari sudah habis berserakan dibongkar anaknya tadi.
Kaset kaset berserakan di lantai, bedak sudah bercampur dengan pasir di depan ruang TV.
Lalu ia hendak ke kamar mandi memandikan anaknya, hingga di kamar mandi beliau melihat air sudah membanjiri lantai sabun dan sikat gigi semua berserakan.
Isi kulkas sudah bercampur aduk.
Adam makin emosi ketika melihat di tudung makan tidak ada apa-apa, tidak ada nasi atau yang lain yang bisa dimakan.
Bahkan piring bekas kemaren masih berserakan di atas meja makan, susu anak pun sudah habis dan beerapa tumpah berserakan.
Baju pun masih menumpuk di kamar mandi.
Rumah menyerupai kapal pecah.
Lalu beliau kekamar dan mendapati istrinya sedang berbaring sambil mendengarkan musik menggunakan earphone dan ngemil sembari membalas chat di sosial media melalu smartphone-nya.
Amarah Adam jadinya memuncak.
Dia membawa kedua anaknya ke rumah ibunya dan hendak memberitahukan sikap istrinya.
Ketika hingga dirumah, ibunya menyambutnya dengan senyuman, namun Adam sudah penuh dengan amarah.
Saat Adam ingin memulai berbicara, ibunya menyela dan berkata, ” Iya nak, Ibu sudah tau, Ibu yang menyuruh beliau untuk membiarkan semuanya berantakan.”
“Ibu yg menyuruh beliau untuk membisu tanpa mengerjakan apapun.”
“Tidak memasak, tidak menyapu, tidak mencuci pakaian, tidak mencuci piring, tidak menjaga anakmu, dan tidak mengurus rumah.”
“Ibu menyuruhnya biar membisu saja tanpa melaksanakan apa pun.”
“Lalu bagaimana menurutmu?”
“Apakah ada yang mengurus anakmu jikalau istri mu hanya diam?”
“Apa ada yang memasak kuliner untukmu jikalau istrimu hanya diam?”
“Apa ada yang mengurus pakaianmu dan anak-anakmu jikalau istrimu hanya diam?”
“Apa ada yang mengutus rumahmu jikalau istrimu hanya diam?”
“Apa ada yang menjaga anakmu untuk tidak membongkar semua isi lemari?”
“Untuk tidak membongkar isi kulkas?”
“Untuk tidak keluar rumah dan bermain lumpur?”
“Menjaga mereka biar tidak masuk ke got?”
“Agar mereka tidak menabur bedak di lantai, membawa pasir masuk ke dalam rumah, mencoret-coret dinding dan lain sebagainya?”
“Apa ada yang mengurus itu semua jikalau istrimu hanya membisu di rumah?”
“Jika kau bisa menentukan apa kau mau menjadi seorang istri yang hanya ‘diam’ di rumah?”
“Ibu rasa istrimu juga bisa mencari uang pergi ke kantor, bekerja dan pulang sore, tapi apa kau bisa ‘diam’ di rumah menyerupai istrimu yang kau anggap hanya membisu di rumah?”
“Jangankan 24 jam mengurus anak, 10 menit saja disuruh nemenin anak main sebentar kau nggak betah sebab anakmu bandel, kau capek kejar sana kejar sini, kemudian apa kau masih menganggap istrimu itu hanya membisu di rumah?”
“Apa istrimu tidak pantas untuk mengeluh capek walau hanya sekali saja?”
“Apa hanya kau yang lelah?”
“Dan apa kini kau mau bertanya kenapa istrimu sudah tidak secantik dulu?”
“Apa kau mau bertanya juga kenapa payudara istrimu kendor?
“Apa kau mau bertanya juga kenapa istrimu nggak pernah dandan?”
“Knp istrimu nggak secantik wanita-wanita di luar sana?”
“Biar ibu kasih tau…”
“Jangan pernah kau bandingkan kecantikan istrimu dgengan perempuan muda di luar sana, sebab istrimu sudah mengorbankan seluruh jiwa raganya untuk mengabdi padamu.”
“Jangan pernah bandingkan pay*dara istrimu dengan pay*dara perempuan muda di luar sana yang masih kencang tegak menantang.”
“Karena istrimu rela bentuk badannya berubah demi anak-anakmu mendapat ASI yg keuntungannya tidak bisa kau beli dengan uang sebanyak apa pun.”
“Jangan pernah kau bandingkan istrimu dengan perempuan muda di luar sana yang terawat.”
“Karena istrimu sudah menumpahkan segala waktunya untuk merawat anak-anakmu dan mengurus rumah tanggamu, jangankan ke salon, pakai lipstik saja boro-boro, harga lipstik mahal.”
“Cukup untuk beli susu anak.”
“Pas mau dandan anakmu menjerit sebab jatuh dari atas meja, entah apa yang dilakukan anakmu di atas meja, semua di panjat nya, lemari, kulkas, dll.”
“kamu pikir istrimu sempat bergaya dan bagaimana dengan kamu?”
“Apa kau pernah berinisiatif menjaga anakmu sebentar biar istrimu bisa ke salon melaksanakan perawatan?”
“Atau apa kau mau sekedar membantunya menjemurkan kain ketika pinggangnya sudah serasa hampir patah habis nyuci segerobak?”
“Dan apa pernah kau tanya beliau sudah makan atau belum?”
“Dia capek perlu dipijit atau tidak?”
“Hanya beliau yang bertanya menyerupai itu padamu, walaupun beliau ingin sekali kau tanya demikian.”
Adam tertegun, melongo sambil melihat kedua anak nya yang dalam waktu sebentar sudah berhasil menciptakan rumah nenek mereka menjadi lapangan bola.
Semua benda berjatuhan terkena tendangan bola, sebab tidak ada yang mengawasi selama Ibu menasehati Adam.
Dia gres sadar bahwa jerih payah seorang istri tak bisa dibayar dengan apapun, usaha seorang istri tak tergantikan oleh apapun.
Tak ada yang bisa setegar dan sehebat seorg istri.
Air matanya hampir menetes jikalau teringat ketika beliau pulang kantor, beliau membangunkan istrinya yang gres terlelap untuk membuatkan secangkir teh.
Walaupun mungkin istrinya lelah dan mengantuk, beliau tetap bangkit dengan ceria dan membuatkan teh untuk suaminya yang tidak tahu kelelahannya.
Adam ingin kembali ke rumah untuk meminta maaf kepada istrinya dan ketika beliau membuka pintu.
Dia melihat istri nya sudah ada di depan pintu dan pribadi memeluknya.
Istrinya juga menangis…
“Maafkan saya sayang…” kata Adam sambil menangis.
Source: intisari.grid.id
Belum ada Komentar untuk "Jangan Tuntut Istri Selalu Tampil Cantik, Sudikah Kamu Gantikan Posisinya Di Dapur Sehari Saja?"
Posting Komentar