Suami Tidak Dapat Sukses Sendirian, Ada Doa Istri Yang Menciptakan Suami Dapat Sukses
Suatu pagi, sepasang suami istri tengah berkemas-kemas sebelum melaksanakan perjalanan jauh. Sembari menikmati teh hangat dan camilan cantik untuk sarapan, mereka mengobrol ringan.

Suami : Dek, kau percaya kan, sukses suami itu ditentukan oleh doa istri?
Istri : Iya Bang. Adek percaya. Makanya Adek selalu doakan Abang.....
Suami : Naah alasannya sukses suami ditentukan doa istri, maka semakin banyak istrinya berarti semakin banyak pula yang mendoakan. Itu akan menciptakan suami semakin sukses Dek...
Istri : Hah? Kok gitu jadinya? Tapi begini Bang.... Isi doa istri itu menyesuaikan dengan kelakuan suami....
Suami : Maksudnya?
Istri : Ya kalau kelakuan suaminya baik-baik, isi doa istri pun baik-baik. Kalau suami kelakuannya aneh-aneh, ya isi doa istripun menyesuaikan...
Suami : Hah? Tapi Abang baik kan Dek?
Istri : Iya Bang. Pokoknya selama Abang baik terus ya isi doa Adek akan baik terus.
Kita sudah sering mendengar ungkapan di atas, bahwa kesuksesan suami sangat banyak ditentukan oleh doa istri. Hal ini pertanda betapa suami dan istri selalu saling menunjukkan dampak ---baik faktual maupun negatif--- dalam menjalankan banyak sekali acara kehidupan, termasuk dalam urusan karier. Suami tidak akan sukses sendirian, selalu ada dampak istri dalam setiap kondisinya.
Termasuk dampak dari isi doa istri.....
Selalu Ada Istri Hebat di Balik Suami yang Hebat
Ungkapan ini pun sudah sangat sering kita dengarkan. Tidak terbayang bagaimana repot dan beratnya suami kalau diganggu dengan sikap istri yang tidak mendukung sukses suami. Seorang istri yang berperilaku dan berperangai buruk, banyak melaksanakan tindakan menyimpang dari kepatutan, sehingga menjadi hambatan bagi suami dalam melaksanakan banyak sekali acara keseharian. Suami menjadi tidak hening bekerja, hatinya menjadi kacau, pikirannya menjadi ruwet alasannya memikirkan perbuatan istri yang tidak bisa dikendalikan.
Sebaliknya, betapa nyaman hati suami ketika bekerja dan menjalankan acara keseharian, apabila mempunyai istri salihah yang selalu menjaga kebaikan diri. Istri yang terpelajar menjaga kehormatan kendati tengah ditinggal suami bekerja, istri yang selalu menunjukkan support kepada suami, menimbulkan ketenangan bagi hati dan pikiran suami. Dengan kondisi itu, suami bisa bekerja optimal, bisa mendapat capaian yang memuaskan, sehingga bisa mencapai puncak prestasi. Di balik kesuksesannya, ada support yang sangat besar dari istri.
Ada kisah sangat menarik dalam Buku Chicken Soup For The Couple’s Soul wacana kiprah istri bagi sukses suami. Diceritakan, Thomas Wheeler, CEO Massachusetts Mutual Life Insurance Company, dan istrinya sedang menyusuri jalan raya antar negara belahan ketika menyadari bensin mobilnya nyaris habis. Wheeler segera keluar dari jalan raya bebas hambatan itu dan tak usang kemudian menemukan pompa bensin yang sudah bobrok dan hanya punya satu mesin pengisi bensin.
Setelah menyuruh satu-satunya petugas di situ untuk mengisi mobilnya dan mengecek oli, beliau berjalan-jalan memutari pompa bensin itu untuk melemaskan kaki.
Ketika kembali ke mobil, beliau melihat petugas itu sedang asyik mengobrol dengan istrinya. Obrolan mereka eksklusif berhenti ketika beliau membayar si petugas. Tetapi ketika hendak masuk ke mobil, beliau melihat petugas itu melambaikan tangan dan beliau mendengar orang itu berkata, “Asyik sekali mengobrol denganmu.”
Setelah mereka meninggalkan pompa bensin itu, Wheeler bertanya kepada istrinya apakah beliau kenal lelaki itu. Istrinya eksklusif mengiyakan. Mereka pernah satu sekolah di Sekolah Menengan Atas dan pernah pacaran kira-kira setahun.
“Astaga, untung kau ketemu aku,” ungkap Wheeler. “Kalau kau menikah dengannya, kau jadi istri petugas pompa bensin, bukan istri administrator utama.”
“Bukan begitu, sayang,” jawab istrinya, “Kalau saya menikah dengannya, beliau yang akan menjadi administrator utama dan kau yang akan menjadi petugas pompa bensin.”
Kisah di atas sudah sangat populer, dan kita mendapat pelajaran penting bahwa para suami dilarang sombong dengan prestasi dan karier yang didapatkannya. Mungkin ia menerka bahwa dengan kerja kerasnya maka bisa mencapai posisi puncak di perusahaan. Mungkin ia menerka bahwa semua dari hasil jerih payahnya sendiri. Mungkin ia menerka sang istri hanya “sedikit membantu-bantu” dirinya, atau bahkan istri dianggap tidak pernah menunjukkan pinjaman dalam upaya menggapai kesuksesan kariernya.
Bisakah Suami Sukses Sendirian?
Jika ada sepasang suami istri dengan tiga anak-anak, dimana suami bekerja penuh dan istri di dalam rumah sepenuh waktu, perhatikan kira-kira apakah kiprah istri dalam membantu sukses suami. Anak pertama sekolah di dingklik SD, anak kedua sekolah di Taman Kanak-kanak dan anak ketiga masih balita. Mereka tidak mempunyai pembantu rumah tangga. Anak-anak berangkat dan pulang sekolah dengan jasa layanan antar jemput.
Ritme kegiatan suami setiap hari kurang lebih ibarat ini: sehabis Subuh mulai berkemas-kemas berangkat kerja. Pada jam 06.30 sudah pergi dari rumah menuju daerah kerja. Pulang hingga di rumah sudah jam 18.00. Masih ditambah ada kegiatan organisasi maupun kegiatan kemasyarakatan lain di waktu sore atau malam hari. Maka mudah ia tidak mempunyai waktu yang memadai untuk melaksanakan acara mudah kerumahtanggaan alasannya waktunya habis untuk pekerjaan. Itupun masih ditambah lemburan dan kegiatan tambahan di hari Sabtu dan Ahad.
Sedangkan ritme kegiatan istri setiap hari kurang lebih ibarat ini : sehabis Subuh mulai bekerja di dapur, sambil membersihkan rumah, mengurus dua anaknya untuk menyiapkan keperluan berangkat sekolah. Istri menyiapkan sarapan untuk suami dan ketiga anak-anaknya. Setelah suami berangkat, ia menyiapkan kedua anak untuk berangkat sekolah. Setelah dua anak berangkat sekolah, ia menuntaskan mengurus keperluan rumah tangga, ibarat mencuci baju, membersihkan kamar tidur, merapikan rumah, sambil mengurus si bayi yang masih kecil.
Siang hari anak kedua yang sekolah di Taman Kanak-kanak sudah pulang, ia mulai menemaninya untuk bermain. Sore hari anak pertama pulang dari sekolah SD, iapun bertambah kegiatan dengan mengurus keperluan tiga anak sekaligus di rumah. Istri menyiapkan makan malam untuk ketiga anak, dan juga untuk suami yang akan pulang jam 18.00. Malam hari sang istri menemani dua anaknya belajar, sambil berusaha menidurkan si bayi. Setelah belum dewasa tidur, ia masih harus melayani suami sembari berangkat tidur si ranjang. Begitulah acara sang istri yang sangat padat dan sangat sibuk di rumah.
Bayangkan saja kalau istri tersebut mogok melaksanakan kegiatan-kegiatan rutin tersebut. Anak-anak niscaya akan terlantar alasannya tidak ada yang mengurus. Rumah niscaya akan sangat kotor dan berserakan alasannya tidak ada yang membersihkan dan merapikan. Suasana itu apabila berlangsung dalam waktu lama, akan menciptakan semakin tidak kondusifnya keluarga. Anak-anak yang merasa tidak mendapat perhatian akan menjadi liar dan nakal. Mereka sulit konsentrasi belajar, bisa jadi akan lebih asyik membolos dan bermain play station bersama teman-temannya.
Jika keluarga menjadi berantakan, belum dewasa menjadi nakal, suasana rumah tidak beraturan, niscaya akan menciptakan suasana jiwa suami merasa tersiksa. Hal ini akan memberatkan dirinya dalam menjalankan acara keseharian. Tidak hening bekerja, tidak nyaman beraktivitas. Sedih memikirkan belum dewasa yang pembangkang dan terlantar. Apalagi kalau istri berlaku serong, melaksanakan perselingkuhan dengan pria lain, hal ini semakin menciptakan jiwa suami menjadi sangat kacau. Ia tidak akan bisa konsentrasi melaksanakan acara apapun. Bagaimana akan bisa menggapai sukses kalau kondisinya ibarat ini?
Maka suami tidak akan bisa mencapai sukses sendirian. Sebagai pasangan yang terikat oleh pernikahan, suami dan istri niscaya saling memerlukan, saling tergantung, saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Mereka tidak bisa lagi hidup sendiri-sendiri secara bebas dan mandiri, alasannya ada banyak konsekuensi akhir pernikahan. Mereka telah menjadi satu belahan yang saling menguatkan ataupun melemahkan. Saling mendukung dalam kebaikan ataupun keburukan. Tentu saja suami dan istri harus menentukan untuk menunjukkan kekuatan dampak yang faktual dalam kebaikan.
Tidak ada suami yang bisa menggapai sukses tanpa kiprah istri. Demikian pula sebaliknya, tidak ada istri yang bisa menggapai sukses tanpa kiprah suami. Jangan menganggap pasangan anda hanya pelengkap, apalagi dianggap ‘pelengkap penderita’. Sungguh besar kiprah istri dalam kesuksesan suami, sebagaimana sangat besar kiprah istri dalam keterpurukan suami.
Belum ada Komentar untuk "Suami Tidak Dapat Sukses Sendirian, Ada Doa Istri Yang Menciptakan Suami Dapat Sukses"
Posting Komentar